Pesona Tumpak Sewu Lumajang, dengan Trekking yang Menantang
Perjalanan seribu
mil, dimulai dengan satu langkah —" Lao Tzu
Lumajang, Jawa Timur. Perjalanan kali ini masih ke Timur, namun belum pernah saya explore sama sekali. Padahal kota pisang agung tersebut kelahiran Ibu kandung saya. Dari Surabaya menuju Jember terlebih dahulu, yang paling membuat saya mengejutkan saya baru tahu bahwasanya Jember memiliki Bndar Udara Notohadinegoro. Hm, semoga cuma saya saja yang baru tahu. Penerbangan di pagi hari, sedikit mengesalkan, tapi semua demi explore Lumajang, yeay!
Destinasi pertama, Tumpak
Sewu — Lumajang, kali pertama saya mendengar, kali pertama membaca itinerary perjalanan saya kala itu.
Dalam pikiran saya, pasti Tumpak Sewu ini sama halnya seperti air terjun di kota
lainnya, ternyata dugaan saya salah besar. Dimulai dari perjalanan menuju
Kecamatan Pronojiwo dengan akses jalan beraspal yang berkelok-kelok. Sempat
berbisik kepada teman perjalanan saya, Tante Terry “Tante, pusing kepalaku,
mual, butuh soda”
landing dengan sempurna |
Namun—perjalanan
sudah sampai di Pronojiwo. Kami singgah sebentar untuk beristirahat di warung
Bang Dul. Bang Dul yang ramah sekali, mereka pun menyuguhkan salak kepada kami,
dan anget-angetan (ANGET-ANGETAN). Bisa juga disebut “Brunch di Warung Bang Dul” wkwkwkkw. Sembari nyeruput teh hangat dan ada juga salak
prono yang direbus. Sempat kaget, karena ini memang kali pertama mencobanya.
Enak banget! Meskipun tekstur rebusnya kurang sempurna, yang penting rasanya. Ahsek.
Setelah
kenyang, dan badan terasa hangat, kami trekking ke Tumpak Sewu. Air terjun yang
mempunyai ketinggian 120m tersebut memang indah jika dinikmati dari sisi
panorama, ya dari high angle. Seluruh
air yang turun bisa dilihat dari atas, bukan hanya itu memang view dari atas
mengagumkan dan memesona. Cipratan air dan sesekali kabut menutupi air terjun,
itu yang menjadi kesulitan kami untuk mengambil gambar. Namun, ketika kabut
terbuka, bak candela yang memancarkan pemandangan yang indah dan apik.
Perjalanan
kami lanjutkan ke arah turunnya air terjun, Tumpak Sewu yang biasa disebut Coban
Sewu oleh kebanyakan warga Malang ini bisa juga diakses dari Kota Malang.
Namun, sangat disayangkan akses dari Malang lebih menegangkan, dan harus
dikawal oleh guide karena jalanan yang curam dan licin. Butuh ekstra
keberanian.
Akses
jalan untuk turun lumayan sulit, dalam hati “Gimana naiknya, apa ada jalan
tikus?” Omaigat!. Namun saya berkaca pada Mamih Nani salah satu rombongan dari
kami, ia yang sudah berusia cukup tua dari saya, beliau cukup kuat trekking
menuju bawah. Beliau saja bisa, kenapa saya tidak?
WARNING!! |
trekking menuju bawah, foto by Bang Ode |
Memang
benar, selama perjalanan tim kami tidak adanya keegoisan, banyak dari belakang,
seperti Mas Ain, Bang Sendy selalu teriak kewaspadaan terhadap kami yang
permpuan “Aya hati-hati, pegang tali, jalanan licin” Serasa Tuhan mengirimkan
malaikat menjaga saya melalui mereka. Perjalanan menuju bawah tebing yang
memakan waktu kurang lebih satu jam, yang jaraknya 700 meteran.
Kami
yang ingin sampai ke arah jatuhnya mata air, harus melewati tebing kecil yang
dialiri air, tangga yang cukup rapuh, turunan, tanjakan, jembatan. Astagaa,
sepertinya kalau Ibu saya tahu jalanan seperti ini beliau tidak akan pernah memberi
izin saya, “Mending berangkat tanpa izin, daripada minta izin tidak
diperbolehkan,” whahahahahk.
Napas
yang ngos-ngosan tersebut terbayarkan dengan melihat tebing perawan, yang kata
orang menyerupai kelamin wanita. Tebing yang menjulang tinggi, jika orang
bersanding di tebing tersebut bak semut yang merayap—kecil. dan begitu pula
melawati goa tetes, namun tidak sempat masuk karena petang akan akan datang.
kebersamaan |
Setelah
menyebrangi sungai dengan bantuan tali, sembari harus melawan arus pun saya
lalui. Ya, Tumpak Sewu dari low angle
pun saya nikmati. Cipratan air kecil-kecil membuat saya kesulitan untuk
membidik. Tak apa, sudah saatnya hanya saya nikmati dengan kedua mata saya. Beristirahat
sejenak, meneguk air karena sudah kelelahan, membidik sebisa mungkin,
mengamati, kemudian kami bergegas kembali ke atas demi tak ingin trekking dengan
gelap. Karena head lamp yang kurang.
Namun,
gelap mengejar kami, trekking dengan gelap terpaksa kami lalui. Saya sudah
merasa lebih ngos-ngosan, seperti kurang okksigen, napas terbata-bata. Mas Ain
dan kawan lain tampak khawatir, saya pun menyempatkan beberapa kali istirahat. Selalu
Tanya ke Harival salah satu dari rombongan kami, “Val masih jauh ya, berapa
lama lagi?” — “Bentar lagi, kok” Tapi saya paham, jawaban itu hanya menyenangkan
saya sesaat. Setelah beberapa kali istirahat, sembari minta minum ke Mas Ain,
ke Pak Wawan, saya merasa kuat lagi. Akhirnya sampai di pos pertama, dan saya
langsung bertanya ke Mas Ain, “Mas, saya mau muntah, di mana ya?” Malu sih,
tapi mau gimana lagi. Akhirnya hajat dari mulut pun keluar, Mas Ain sembari
memijat pundak saya agar anginnya keluar, akhirnyaaa, legaaah.
Kami
pun bersenda gurau lagi, sembari menyaksikan kunang-kunang yang memancarkan cahanya
di setiap langkah kami. Perjalanan Tumpak Sewu pun usai, akhirnya. Memang benar
dari namanya Tumpak Sewu, yang berarti kumpulan air terjun seribu, kenapa
seribu? Coba hitung saja kalau tidak percaya.
Jadi,
kapan main ke Tumpak Sewu sambil ngos-ngosan?
Tabik,
semoga bermanfaat ^ ^
More
info
Air
Terjun Tumpak Sewu, Sidomulyo, Pronojiwo, Lumajang, jawa Timur
Buka
dari pukul 07:00 – 16:00 WIB
IG:
tumpak_sewu_bangdul
tiket masuk Rp5000, ojek pun tersedia hanya sampai panorama
9 komentar
Kok trekking ke bawah itu jalannya ngeri-ngeri sedab. Lagi mikir apa kamu kuat balik naik ya? :-D
ReplyDeleteCakep pemandangan dari atas :-D
ngeri banget! tapi aku hebat, bisa kembali ke jalan pulang wkkwkw
DeleteMeren banget, kayak di pilem2 luar curugnya. Ah apa kamunya aja yg pinter motonya kali ya
ReplyDeleteicaaaa aja kamuh
DeleteSakjane ini kalo jalan berapa jam sih mbak sampai air terjun ? kondisimu kok mengkhawatirkan :(
ReplyDeleteDulu sempat kepikiran kesini gegara mendiang Om cumi minta diantar kesini, apa daya blm kesampaian.
kalau banyak berhenti sih bisa sampai sejam, tapi kalau kuat dan tegar, halah, bisa setengah jam saja
Deletealhamdulillah udah 3x kesini .. 2 dr malang dg view dari samping dan pelangi yg indah dan 1 dari lumajang dg treknya yg santai dan viewnya yg melebar ..
ReplyDeletewah hebat banget ya sampai 3 kali dan pernah dari Malang, kerenn. Sepertinya saya cukup sekali saja, ekekek
Deleteair terjun tumpak sewu kece banget ya ampuh, indahnya.. :)
ReplyDelete