[9]- Hilang
Tabik, Kawan-kawan...
Surat kesembilan,
untuk yang hilang.
Sudah dua hari, kita tidak dipertemukan.
Entah, ke mana? Setiap sore, saya duduk di depan rumah. Hanya hujan yang
datang, bukan bayanganmu, atau wujudmu. Kaulupa, sekarang kau menginjak usia
berapa? Tujuhbelas tahun, bukan? Tidak bosan dengan sifat kekanak-kanakanmu?
Bukannya sekarang kaumemiliki perempuan yang mencintaimu. Mungkin, perempuan
yang kaucintai, cintanya melebihi dari Ibumu, begitu? Sebenarnya, kalau
sekarang saya di hadapanmu, saya pengin merobek kepalamu, dan menghancurkan
otakmu. Saya kesal. Saya terlalu percaya, terlalu sayang, tapi kau tidak pernah
memberikan imbalan yang baik. Kalau saya boleh request kepada Tuhan untuk
berhenti sampai di sini, mungkin saat ini juga saya akan berdoa. Tapi, cinta
saya terlalu dalam untuk orang yang di kelilingmu. Mereka masih membutuhkanku.
Kau mau tidak, untuk bersikap dewasa
ketika menemuiku. Jangan banyak janji, yang saya butuhkan adalah usaha dan
kepastian. Kemarin sore, saya lihat Ibu menangis. Mungkin, dia sedang kepikiran
karenamu. Saya tidak mau, melihat Ibu menangis karena kesedihan. Saya mau Ibu
menangis karena senang, itupun sebabmu atau kita semua. Saya mohon,
sebesar-besarnya, jangan kaulari dari masalah. Kita di sini, berjuang untuk
Ibu, dan keluarganya. Membanggakan mereka. O, ya, jaga kesehatanmu, jauhi apa
yang memang harus dijauhi. Saya tidak mau berlama-lama menuliskan surat
untukmu. Takut membuatmu kepikiran, dan sakit. Sudah dulu, saya harus bantu
Ibu.
Hari ke-9 dalam program
#30HariMenulisSuratCinta
1 komentar
sebut namanya tiga kali, maka dalam sekejap dia akan muncul di belakangmu.. *cling*
ReplyDeletehahahaha