[5] Tidak Ada Rindu yang Sia-sia
Tabik,
Kawan-kawan...
Surat
kelima, tidak penting kautahu ini surat untuk siapa? Kepada siapa? Dan untuk apa, saya tulis surat
ini? Tidak ada untungnya bagimu bukan, kautahu ini tertuju untukmu atau bukan.
Saya hanya ingin tahu, bagaimana kabarmu untuk saat ini? Bagaimana rasanya
kehilangan rasa cinta yang tiba-tiba hilang. Perlu kautahu, ada beberapa hal
yang terpaksa saya meninggalkanmu. Mungkin sekarang saya ceritakan, untuk hal
yang pertama.
Saya meninggalkanmu
dengan tiba-tiba. Itu, karena beberapa bulan yang lalu saya bekerja di sebuah
kantor. Sebut saja kantor itu bekerja di bidang pakaian. Hanya sebulan saya bekerja di kantor tersebut, tapi saya rela
keluar meskipun salary yang saya
dapat lumayan besar. Itu karena, saya bekerja dan bertemu perempuan. Bukan
dunia yang sempit, tapi pertemananmu yang luas. Ya begitu kata Pak Mario. Dia
perempuan yang manis, saya sempat dekat dengannya. Beberapa kali saya dan dia
sering curhat. Dan, saya memberanikan diri untuk bercerita tentangmu. Saya
sempat kaget, ternyata dia mengenalmu lebih dari saya mengenalmu. Oh, rupanya
kau juga sempat dekat dengannya. Dan, masih dekat. Mungkin, di satu sisi, saya
kecewa. Kecewa, karena saya yang terlalu ceroboh. Terlalu cepat jatuh cinta
lagi. Dalam diri saya, saya menangis sedalam-dalamnya. Saya menguatkan bibir
saya untuk tersenyum. Tapi, sulit. Dan, beberapa kemudian saya berniat mengundurkan
diri dari kantor tersebut. Mungkin, perempuan itu sempat bertanya, mengapa saya
keluar dengan tiba-tiba. Dari dulu, saya berjanji dalam diri saya. Saya tidak
mau menjadi orang yang pandai tikung-menikung. Ya, begitulah istilahnya.
Beberapa hari
yang lalu, perempuan tersebut tiba-tiba datang ke saya, dan mengajak saya untuk
menjengukmu. Katanya, mungkin memorimu akan kembali, kalau kau bertemu denganku
lagi.
“Kau tidak
mau menjenguknya?”
“Untuk apa?”
“Cobalah
kaujenguk, mungkin dia akan senang”.
“Ya,
mungkin. Kau saja yang jenguk, mungkin dia lebih tersenyum, bukan?”
Kau jangan
marah, karena sikapku ini. Saya berusaha menjauh, karena dijauhkan. Asal
kautahu, saya masih rindu denganmu. Dan, saya yakin, rindu ini tidak sia-sia.
Ya, meskipun faktanya sangat sakit memendam rindu terlalu lama. Mengembalikan ingatanmu,
itu hal yang sulit untuk saya. Saya bukan siapa-siapa. Keluarga bukan, teman
bukan, apalagi pacar. Mungkin menurutmu, saya adalah teman yang jahat dan
kemudian, menghilang. Jangan khawatir, selalu ada doa untukmu.
Dari: Perempuan
yang hilang
Hari Ke-5 dalam program #30HariMenulisSuratCinta
4 komentar
Ohh jadi dia yang memisahkan kalian padahal rasa rindu itu masih ada. Uhuk :))
ReplyDeleteIhik. :))
DeleteMerinding kalau ada yang tikung menikung gitu. Hiks
ReplyDeleteIya, Kak. Jangan sampai deh kita nikung, ya kalik, kayak kehabisan jodoh, hueheuehe. :D
Delete