Kau dan Kopi, Sama!
Sumber foto: indianexpress.com |
“Satu cangkir saja sudah cukup, bukan?” tanya
Charo padaku, pria bertubuh tinggi, berambut ikal, dan mempunyai satu lesung
pipi yang menyelip di samping dagunya ketika dia tersenyum. Sembari mengambil
secangkir kopi di depannya yang diberikan dari seorang Barista. Charo hanya
memberikan senyuman kecil padanya.
“Kau tidak bosan, setiap malam kaumenghabiskan
malammu di kafe ini, dan menghabiskan beberapa cangkir kopi?” tanyaku sambil menopang
dagu, kemudian menyesap kopi di depanku. Aromanya memang benar-benar beda.
Lebih harum dari wewangian yang kusuka. Lebih segar dari bau tanah yang baru
tersiram air hujan. Setahun lamanya aku berhenti minum kopi, karena insomnia
yang membunuh tidurku. Dan sekarang aku menjumpainya di sini, rindu pada
secangkir kopi memang membuat candu. Sekali kusesap, dua kali kusesap, aromanya
memang segalanya untuk menemani malam. Aku masih memegang kopiku dengan dua
tanganku, semoga dia memberi kehangatan.
“Buat apa bosan? Untuk sesuatu yang memang
benar-benar indah, bagiku bukan bosan, melainkan candu. Satu cangkir kopi saja
tidak cukup bagiku, apa lagi untuk menceritakan kopi hanya dalam waktu sebentar
saja,” Charo menjawabnya dengan santai dan menyesap kopinya untuk ke sekian
kali. Dia sambil melihat Barista cantik yang mengantarkan kopinya tadi. Satu
cangkir kopi habis dalam waktu tiga puluh menit, itu memang hobinya. Charo
mengangkat cangkirnya ke arah Barista cantik tadi. Dia pun datang dan membawa hot
coffee latte.
“Terima kasih, sayang,” Barista cantik pun
memberikan secangkir hot coffee latte di hadapannya. Charo mempersilakan
Barista cantik itu duduk di sampingnya.
“Hm,, masih kurang apa hidupmu? Sudah punya
kekasih Barista cantik, dan punya kafe sebesar ini?” aku meledeknya.
“Tanpa kopi, semuanya terasa hambar. Tidak ada
kopi, tidak mungkin hadir kafeku ini. Begitu pula, tidak ada kopi, tidak
mungkin hadir kekasihku yang cantik ini. Perlu kautahu, kopi dan kekasihku ini,
sama”
“Kenapa bisa gitu ?”tanyaku memotong
pembicaraannya.
“Keduanya, sama. Sama-sama memikat dan mengikat”
Charo pun mencium kening kekasihnya. Aku hanya tersenyum melihat sepasang
kekasih di depanku ini. Charo sosok yang romantis, tapi maaf single espresso di
depanku ini lebih romantis.
Tulisan ini dipersembahkan untuk
#DibalikSecangkirKopi @IniBaruHidup
Twitter: @cewealpukat
Facebook: cewe
alpukat
0 komentar